Hari ini 24.4.11 aku merayakan kebangkitannya setelah 3 hari Ia wafat. Aku mendapatkan pelajaran berharga tentang waktu, cinta kasih dan pengorbanan, dan kesetiaan.
Waktu. Pada waktu kamis putih, aku datang setengah jam sebelum misa karena aku baru sadar ternyata lalu lintas macet total di jalanan gerejaku itu sehingga perjalanan dari kost (memakai angkot) yang biasanya membutuhkan paling lama setengah jam, sekarang menjadi hampir satu jam. Aku disadarkan bahwa waktu tidak bisa diputar kembali dan waktu sangatlah berharga sehingga waktu yang diberikan Tuhan pada aku sekarang ini harus aku manfaatkan semaksimal mungkin.
Cinta kasih dan pengorbanan. Aku sadar bahwa aku memiliki sifat egois, ingin menang sendiri, dan mungkin seenaknya hanya menerima hal-hal dari orang lain tanpa mendalami maknanya. Padahal aku hidup di dunia ini tidak sendirian, mengapa aku bisa seenaknya menang sendiri? Dalam hidup tidak seharusnya mengharapkan imbalan atas apa yang diberi. Kita diajarkan untuk saling melayani tanpa berharap balas budi. Tapi tentu saja apabila kita diberi, maka kita harus paling tidak memberi kembali. Bukan untuk balas budi tetapi untuk menyamankan hati si pemberi. Dalam kata pengorbanan dan melayani ada kata cinta kasih. Cinta itu murni, tanpa cela bila diberikan dengan cara yang benar, penuh kebahagiaan bila dihayati dengan ikhlas. Alangkah baiknya alam bila kita saling membagi cinta kita..
Kesetiaan. Dalam kotbah Romo pada misa hari ini, ia bercerita tentang seorang tuan yang sedang makan dan disampingnya terdapat hamba-hambanya yang setia menunggu selesainya acara makan si tuan. Si tuan kemudian mengelap mulutnya dengan kain serbet lalu melipat serbet itu dan meletakkannya di samping piringnya. Hal itu sama dengan kain kafan Yesus yang dilipat dan diletakkan di samping pembaringannya yang kosong itu. Makna dari semua itu adalah bahwa kita diajarkan untuk setia menunggu kedatangannya kembali. Walaupun sekarang Ia telah pergi tapi suatu saat Ia akan kembali untuk kita. Dalam kehidupan sehari-hari setia itu adalah sebuah komitmen. Sesuatu yang sudah kita sanggupi untuk laksanakan, hendaknya kita selesaikan sampai akhir. Betapapun sulitnya jalan itu. Layaknya sebuah rumah tangga. Janji suci pernikahan yang disatukan oleh Tuhan, tidak dapat dipisahkan oleh manusia.
Ya Tuhan, dengan waktu yang Engkau berikan padaku saat ini, semoga aku dapat membaktikan diri dalam pelayanan untuk cinta kasih dan pengorbanan pada sesama yang membutuhkan serta aku dapat selalu setia dalam setiap jalan yang aku pilih dan Engkau restui..Amin..